ETIKA ILMU PENGETAHUAN DAN PERMASALAHANNYA
A. Pengertian Etika (Etika Ilmu Pengetahuan)
Etika adalah ilmu yang kritis. Ia tidak boleh dicampurkan dengan sebuah sistem moralitas. Etika adalah filsafat yang mempertanyakan dasar rasional sistem–sistem moralitas yang ada. Sebagai refleksi kritis, etika sebagai moralitas muncul pertama kali di Yunani. Pada saat itu masyarakat Yunani sedang mengalami semacam masa pancaroba sosial budaya. Norma-norma dan nilai-nilai tradisional mulai dipertanyakan. Dalam situasi seperti itu kebutuhan akan etika timbul. Etika membantu dalam mencari orientasi terhadap norma-norma dan nilai-nilai yang ada, baik yang tradisional, maupun yang baru yang menawarkan diri sebagai alternatif atau saingan.
Etika juga ilmu yang membahas perbuatan manusia tentang baik dan buruk perbuatannya sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Etika disebut pula akhlak atau disebut pula moral. Apabila disebut “akhlaq” berasal dari bahasa Arab. Apabila disebut moral berarti adat kebiasaan. Istilah moral berasal dari bahsa Latin Mores. Tujuan mempelajari etika adalah untuk mendapatkan konsep yang sama mengenai penilaian baik dan buruk bagi semua manusia dalam ruang dan waktu tertentu. Etika biasanya disebut ilmu pengetahuan normatif sebab etika menetapkan ukuran bagi perbuatan manusia dengan penggunaan norma tentang baik dan buruk.
B. Etika dan moral
Seperti banyak disinggung sebelumnya, ada penyepadanan antara etika dengan moral, norma-norma dan juga etika. Penyepadanan ini seringkali ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Pada kenyataannya pada masing-masing istilah khususnya moral dan etika terdapat perbedaan yang justru cukup signifikan. Dalam buku Etika Islam Telaah Pemikiran Filsafat Moral Raghib Al-Isfahani, K. Bertens seperti dikutip oleh Amril M. menuliskan bahwa moral itu adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
Seperti K. Bertans, Loren Bagus juga menuliskan bahwa moral diantaranya menyangkut persoalan kegiatan-kegiatan manusia yang dipandang sebagai baik dan buruk, benar dan salah, tepat dan tidak tepat, atau menyangkut cara seseorang bertingkah laku dalam hubungan dengan orang lain.
C. Problematika Ilmu Pengetahuan
Problematika yang terjadi saat ini adalah tingginya apatisme masyarakat terhadap etika keilmuan berkaitan dengan problematika yang terjadi, kurangnya kepekaan terhadap lingkungan sehingga munculah fenomena-fenomena negatif. Misalnya, dalam ilmu pengetahuan yang lalu di mana pada masa sekarang belum sungguh-sungguh terselesaikan, seperti contohnya: bekas-bekas pembungkus keperluan sehari-hari seperti plastik, buangan limbah rumah tangga, semuanya akan mencemari lingkungan.
Masalah seperti ini tentu saja akan bersentuhan dengan masyarakat yang menuntut tanggung jawab etis terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini mendorong manusia untuk mencari pemecahannya, dan walaupun sekarang sudah dapat ditemukan cara pangatasannya dengan mengolah dan mendaur ulang (recycle) terhadap sebagian limbah-limbah industri, sehingga keberadaan manusia tidak terganggu lagi oleh sebagian limbah yang membahayakan eksistensi manusia.
Penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan dimensi etis sebagai pertimbangan dan mempunyai pengaruh pada proses perkembangan lebih lanjut terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanggung jawab etis, merupakan hal yang menyangkut kegiatan maupun penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam hal ini relevansi yang harus diperhatikan menurut Achmad Charris Zubair adalah:
a. Kodrat manusia
b. Martabat manusia
c. Menjaga keseimbangan ekosistem
d. Bersifat universal
e. Bertanggung jawab pada kepentingan umum
f. dan pada kepentingan generasi mendatang
Pada prinsipnya ilmu pengetahuan tidak dapat dan tidak perlu di cegah perkembangannya, karena sudah jamaknya manusia ingin lebih baik, lebih nyaman, lebih lama dalam menikmati hidupnya. Apalagi kalau melihat kenyataan bahwa manusia sekarang hidup dalam kondisi sosio-tekhnik yang semakin kompleks. Khususnya ilmu pengetahuan berbentuk tekhnologi, pada masa sekarang tidak lagi sekedar memenuhi kebutuhan manusia, tetapi sudah sampai ketaraf memenuhi keinginan manusia. Sehingga seolah-olah sekarang ini tekhnologilah yang menguasai manusia bukan sebaliknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar